Memahami Metode Menyalip Mencuri Angin di Balapan F1

Memahami Metode Menyalip Mencuri Angin di Balapan F1

Aksi salip menyalip mobil F1 dengan kecepatan besar, jadi panorama alam seru di trek balap, terlebih buat para pecinta berolahraga motorsport.

Secara universal, balap F1 ialah salah satu berolahraga yang dipadati dengan istilah- istilah teknis yang bisa jadi sukar dimengerti oleh orang awam.

Berikut 3 sebutan universal pada ajang balap F1 yang dirangkum kami spesial buat kamu:

  1. Undercut

Sebutan undercut merupakan sesuatu cerminan kala pembalap kesusahan menyalip pembalap lain serta memutuskan buat masuk pit lebih dini.

Strategi ini diharapkan dapat berikan keunggulan dari segi performa ban baru sehingga sanggup bawa pembalap tersebut berputar unggul dikala pembalap di depannya melaksanakan pit stop.

  1. Marbles

Sebutan marbles menggambarkan bagian- bagian karet ban yang tercabik kala menikung serta membentuk garis balapan.

  1. Slipstreaming

Dari sekian banyak metode mendahului, salah satu yang lumayan terkenal digunakan merupakan aksi slipstreaming. Sesungguhnya ini tidak cuma dipakai di F1 tetapi pula di balapan lain semacam MotoGP.

Nah slipstreaming sendiri ialah aksi pebalap, yang menempatkan mobilnya di balik mobil lawan yang hendak disalip, dengan jarak sangat dekat.

Sembari menunggu memperoleh momen menyalip yang cocok, pebalap terus menguntit ataupun membuntuti dengan membandingkan kecepatan di depan.

Walaupun nampak beresiko di BETBERRY , metode menyalip slipstreaming itu bukanlah dilarang serta metode itu lumrah dicoba di balapan manapun.

Metode mencuri angin

Metode mencuri angin

Pebalap Toyota Team Indonesia, Haridarma Manoppo menarangkan, posisi di balik tersebut menguntungkan sebab hambatan angin lebih kecil, sebab telah dipecah oleh mobil di depannya. Makanya banyak yang menyebut ini ialah metode mencuri angin.

” Salah satu musuh lain untuk seseorang pebalap, entah itu mobil, motor, ataupun apalagi sepeda, itu merupakan hambatan angin,” jelas Haridarma.

Misalnya terdapat 3 mobil silih melekat di trek lurus, mobil 1, 2 serta 3. Hambatan angin yang didapatkan oleh mobil 1, berbeda dengan yang didapat 2 serta 3.

Sehingga mobil 2 serta 3 mesin serta pula ban memiliki beban lebih sedikit, sehingga laju mobil dapat lebih kencang dibandingkan posisi mobil 1. Sehingga cuma tinggal menunggu momen pas saja, buat mendahului.

Tetapi, kata Haridarma, manuver slipstreaming itu dibutuhkan uraian metode yang pas serta konsentrasi besar, dikala melekat serta mencermati laju mobil di depan.

Sebab sewaktu- waktu dapat saja mobil di depan merendahkan kecepatan ataupun apalagi melaksanakan pengereman. Sehingga besar kemampuan hadapi crash.

Jangan diterapkan dikala berkendara dengan mobil harian

Aksi menyalip slipstreaming semacam di balapan F1 tersebut, sangat tidak disarankan buat diterapkan dikala mengemudikan mobil setiap hari. Karena, perihal itu sangat beresiko serta dapat memunculkan musibah beruntun.

” Sangat beresiko, sebab keadaan menyetir di setiap hari serta balapan pula berbeda. Jika di balapan kita telah ketahui kapan wajib belok serta rem, sebab tracknya itu- itu saja. Sedangkan setiap hari, kita enggak sempat ketahui kapan mobil depan ngerem, kapan mobil lain menyalip, serta belum lagi hambatan- hambatan dar objek yang lain,” jelas Jusri Pulubuhu, senior instructor sekalian founder Jakarta Defensive Driving Consultant( JDDC).

Dikala mengemudi setiap hari, idealnya jarak antar satu mobil dengan mobil yang lain, ialah minimun 3 detik. Metode menghitungnya, ialah dikala mobil di depan Kamu melaju melewati suatu objek di sebelah kanan, semacam tumbuhan ataupun tiang, lekas hitunglah 1 hingga 3.

Apabila posisi mobil Kamu telah melewati objek yang sama itu sehabis hitungan ketiga. Hingga itu telah dikatakan nyaman. Kebalikannya, apabila belum 3 detik mobil Kamu itu telah melewati objek tersebut, hingga lekas turunkan kecepatan serta beri jarak dengan mobil di depan.